Nama penghargaan /
gelar pahlawannya adalah Lin
Tse-Hsu , 30 Agustus 1785- 22 November
1850, nama lain Yuanfu. Adalah sarjana beasiswa dari China, dan bekerja
sebagai pegawai pemerintahan di Dinasti
Qing. Dia sangat terkenal karena dia adalah sosok dengan karakter yang bersih, moral yang baik, tidak
tergoyahka n oleh iming-iming harta dan
benda untuk KKN, padahal waktu itu Dinasti Qing terkenal sebagai dinasti dengan pemerintahan
yg korup, selain itu Lin juga terkenal karena perjuangannnya yang gigih
terhadap opium, khususnya perdangan opium di GuangZhou. Meskipun konsumsi non
medis pertama diperbolehkan pada saat pemerintahan oleh Raja China yaitu Raja
Yongzheng pada tahun 1729. Tetapi pada tahun 1830, perkembangan ekonomi, sosial
dan moral di china mengalami kerusakan berat karena pengaruh masuknya opium dr
British dan pedagang opium asing lainnya yang juga tinggal di pusat kota. Perjuangan Lin menentang perdagangan opium
ini atas dasar moral dan kemanusiaan. Dan merupakan penyebab utama dari
terjadinya Perang Opium 1 (1839-42). Karena gigihnya perjuangan Lin, maka Lin
dikenal dan dijadikan simbol teladan oleh pemerintah dan masyarakt modern China
sebagai pahlawan anti narkotika dan pahlawan anti imperialisme barat.
Awal Hidup dan Karir
Lin dilahirkan di Houguan (侯官;
modern Fuzhou, Fujian), 1811, dia
menerima gelar ” jinshi” dari ujian negra, dan ditahun yg sama dia ditunjuk
menjadi angggota “Dewan Hanlin ”, Dewan
Hanlin sendiri mulai terbentu sejak abad ke 18, yaitu pada masa Dinasti Tang,
dimana anggotanya adalah sekelompok elit dari para sarjana , tugas utamanya
adalah untuk mengatur administrasi dan literatur negara. Kelompok ini juga
menjadi kelompok penyusun ujian negara,
dimana ujian negara menjadi syarat bagi seorang birokrat untuk dapat memperoleh
kenaikan jabatan.
Lin menjadi pejabat pemerintahan di tingkat
provinsi, sampai pada akhirnya dia menjabat sebagai Gubernur Jendral di Hunan
dan Hubei pada 1837, dimana dia
mengobarkan pergerakan anti perdangan opium.
Pergerakan Melawan Opium
Sementara permintaan akan teh terus meningkat, dan
impor produk dari British menurun, dan dikarenakan pembayaran yang hanya diterima
oleh pihak China adalah hanya tail perak
(bukan emas), maka hal itu menyebabkan
defisit perdangan yang besar. Usaha
untuk negosiasi dengan pihak pasar di China telah dilakukan oleh pihak British
(Macartney pada 1792), Belanda (Van Braam pada 1794), Rusia (Golovkin pada 1805), dan British
lagi (pada 1816), tetapi semua usaha tersebut
membuahkan kegagaglan. Tahun 1817, British dengan perdagangan gelap narkotika , yaitu opium dr India, dipakai
sebagai
jalan untuk mengembalikan defisit
perdagangan di China dan pada akhirnya dapat meraup keuntungan besar , akhirnya
juga sebagai cara untuk menutup kerugian defisit kolononial British di India. Kerajaaan Qing
pada mulanya mengijinkan masuknya opium dikarenakan hal tersebut mempengaruhi
kebijakan pajak tidak langsung yang
dikenakan ke pihak China, sebagai kompensasi , pihak British akan meningkatkan impor
teh dari China dua kali lipat sehingga
dengan demikian monopoli sektor teh dikuasai pihak Kerjaan China, tentunya
dengan monopoli teh tersebut, keuntungan mutlak diperoleh Kerajaan Qing dan para
pedagang-pedagang teh.
Tahun
1820, penanaman teh mulai dilakukan oleh koloni di India dan Afrika, sedangkan
di China terjadi peningkatan kebutuhan konsumsi akan opium, , hal itu semata mata dikarenakan mengejar
keuntungan Dinasti Qing, dimana Kerajaan Qing sedang membutuhkan banyak dana
utk pembiayaan perlawanan terhadap pemberontakan-pemberontakan negara yang marak terjadi di dalam negri China
saat itu.
Pembesar
di GuanDong memulai usaha menghambat perdagangan opium ini , tetapi karena
besarnya aliran jumlah suplai opium, luasnya garis pantai sepanjang China Selatan
sebagai pintu masuk opium, dan korupsi
yg terjadi pada kerajaan Qing (terutama adalah angkatan laut Qing sendiri
sebagai penjaga batas pantai malah menjadi penyelundupan terbesar opium sendiri)
Raja muda Qing saat itu, Raja DaoGuang merupakan
raja ke delapan dari Dinasti Mancu-Qing, dan menjadi raja ke 6 dari kerajaan
Qing yg memerintah di China, kepemimpinannya
dipenuhi dengan musibah dr luar dan pemberontakan dalam negri, menurut sejarahwan
Jonathan Spence , DaoGuang memiliki karakter yang “ baik hati “ tetapi merupakan
orang yg “tidak efektif”. Opium mulai
memasuki china sejak kempemimpinan kakeknya Raja YongZhen tetapi dibatasi
sampai hanya 200 chest per tahun ( chest = peti kemas yg dibawa dlm berlayar,
ukuran jumlah isi dan besar peti , tergantung kasus produk masing masing),
waktu kepemimpinan raja QianLong jumlah naik menjadi 1000 per tahun dan sewaktu
raja JiaQing naik menjadi 4000 per tahun dan sewaktu jaman DaoGuang ini naik
menjadi 30.000 chest per tahun.
“Zhezou” (surat resmi negara) juga sudah dikeluarkan
oleh Huang JueZi (sarjana pemerintahan yg juga anti narkoba), ditujukan ke Raja
muda DaoGuang, untuk mengadakan penelitian dan penghitungan mengenai skala
besar perdagangan opium ini dan menggerakkan pembatasan perdagangan opium.
Seorang
birokrat handal dan memiliki standar moral yang tinggi, yaitu Lin Zexu,
dikirim ke GuangDong sebagai komisaris kerajaan
pada tahun 1838 untuk mengatasi permasalahan impor ilegal opium oleh pihak
British, penunjukkan ini sebenarnya sudah terlambat. Dia tiba pada Maret 1839 dan membuat dampak besar
pada pembatasan perdagangan opium beberpa bulan setelahnya. Dia menangkap 1700
penjual opium berkebangssan China dan menyita 70.000 batang pipa opium. Dia
menghimbau agar perusahaan asing mengganti gudang-gudang penyimpanan opium menjadi area untuk penyimpanan teh, tapi usahanya
ini gagal, dan kemudian Lin berusaha menggunakan hukum dalam menangani pedagang
asing ini.
Dalam waktu 1,5 bulan , perusahaan – perusahaan asing
suplier opium ini akhirnya menyerah, yaitu setelah sebelumnya terjadi
penangkapaan atas 1.200 ton opium. Pada
tangga 3 Juni 1839, 500 orang pekerja dikerahkan selama 23 hari untuk
menhamcurkan barang haram tsb. Mencampur opium dengan limun dan garam dan
kemudian melemparnya ke laut, diluar kota Humen, tanggal 26 Juni , dikarenakan memperingati dan menghormati
perjuangan Lin ini, maka tgl 26 Jun diperingati sebagai Hari Internasional Anti
Penyalahgunaan Narkoba dan Perdagangan Gelap (penyelundupan).
Pada 1839, Lin menulis surat negara ke Ratu Victoria,
dengan bentuk surat terbuka dan dipublikasikan di Canton, membujuk Ratu
Victoria untuk menghentikan perdagangan opium. Isi surat ini sarat dengan
konsep Konfusius mengenai aspek moral dan spiritual. Garis beasr yg ingin
disampaikan adalah bahwa China mengirimkan barang ke British dengan barang2 yg
mempunyai nilai seperti teh, porselen, bumbu-bumbu dan sutra, sementara
mengapai British mengirimkan racun
sebagai timbal baliknya. Dia menyebut bahwa Babarians (sebuah panggilan kepada
pedagang barat) bahwa keinginannya supaya Ratu Victoria dapat bertindak berbelas kasih dan membantu upayanya.
“We find that your country is sixty or seventy
thousand li from China. Yet there are barbarian ships that
strive to come here for trade for the purpose of making a great profit. The
wealth of China is used to profit the barbarians. That is to say, the great
profit made by barbarians is all taken from the rightful share of China. By
what right do they then in return use the poisonous drug to injure the Chinese
people? Even though the barbarians may not necessarily intend to do us harm,
yet in coveting profit to an extreme, they have no regard for injuring others.
Let us ask, where is your conscience?”
Surat negara tersebut ternyata dihalangi untuk
sampai ke tangan Ratu Victoria, oleh para pedagang kapal, dimana pada waktu itu
British menyerang kerajaan Qing sebelum surat itu dapat ditinjaklanjuti oleh Ratu
Victoria. Hal itu dikemudian hari baru
terungkap dalam surat kabar The Times.
Perang terbuka antara China dan British dimulai
sejak 1839, sebuah pertempuran angkatan laut pada musim gugur tahun 1839 telah terjadi, merupakan sikap politik menindaklanjuti
surat negara mengenai opium dari Lin tersebut . Ternyata respon pertama
dari surat itu adalah perang, yang
kemudian akan diingat sebagai "Perang Opium Pertaman". Kapten
Charles Elliot di
pihak British, dan Komisaris
Tinggi, Lin Zexu, di pihak China, sama sama membuat larangan untuk seluruh perdagangan / menutup seluruh jalur perdagangan
antara China – British (trade banned).
Sebelum
ini, Lin telah
menekan pemerintah Portugis
di Macau, sehingga Inggris menemukan diri mereka tanpa perlindungan sama sekali,
kecuali berlindung ke pulau yang dinamakan Hongkong.
Pembuangan di Xinjiang
Lin membuat
persiapan yang signifikan untuk perang terhadap kemungkinan invasi British.
British berlayar ke utara untuk menyerang Jiangsu dan Zhejiang. Para gubernur
kedua provinsi ini gagal mengindahkan peringatan dari Lin, bagaimanapun, dan
tidak siap ketika British dengan mudah mendarat dan menduduki Dinghai. Karena
kekalahan ini, dan juga karena perilaku intrinsik struktur politik kekaisaran China
khususnya Dinasti Qing, Lin disebut-sebut sebagai kambing hitam atas kerugian
tersebut. Posisinya kemudian diberikan kepada Qishan pada bulan September 1840.
Sebagai hukuman atas kegagalan itu, Lin diasingkan ke daerah terpencil di Xinjiang, I li. Pemerintah
Qing akhirnya mengangkat Lin menjadi staf negara mengurusi kebajikan kuno /
purba, namun, dan pada tahun 1845 ia diangkat sebagai gubernur jenderal
Shaanxi-Gansu (Shaan-Gan). Pada 1847 ia menjadi gubernur jenderal
Yunnan-Guizhou (Yun-Gui). Tapi posisi ini kurang bergengsi dibanding posisi
sebelumnya di Canton, dan karirnya tidak sepenuhnya pulih dari kegagalan di
canton waktu itu.
Sementara di Xinjiang, Lin adalah sarjana China pertama di Xinjiang yg melakukan pencatatatan aspek budaya Muslim di sana. Pada tahun 1850 ia mencatat dalam sebuah puisi bahwa Muslim di Ili tidak . [20]menyembah berhala, tetapi membungkuk dan berdoa kepada makam dihiasi dengan tiang yang memiliki ekor sapi dan kuda yang menyertainya. Ini adalah praktek kepercayaan setempat, dimana mendirikan tiang yg disebut tugh, tapi ini tercatat penampilan pertama dalam tulisan-tulisan dalam bahasa China. Dia juga mencatat beberapa cerita lisan Kazakh, suatu kisah kepercayaan tentang kambing hijau dari danau yang dengan penampilannya merupakan pertanda hujan es atau hujan.
Sementara di Xinjiang, Lin adalah sarjana China pertama di Xinjiang yg melakukan pencatatatan aspek budaya Muslim di sana. Pada tahun 1850 ia mencatat dalam sebuah puisi bahwa Muslim di Ili tidak . [20]menyembah berhala, tetapi membungkuk dan berdoa kepada makam dihiasi dengan tiang yang memiliki ekor sapi dan kuda yang menyertainya. Ini adalah praktek kepercayaan setempat, dimana mendirikan tiang yg disebut tugh, tapi ini tercatat penampilan pertama dalam tulisan-tulisan dalam bahasa China. Dia juga mencatat beberapa cerita lisan Kazakh, suatu kisah kepercayaan tentang kambing hijau dari danau yang dengan penampilannya merupakan pertanda hujan es atau hujan.
Kematian dan
Peninggalan
Lin
meninggal pada 1850 saat dalam perjalanan ke Guangxi, di mana Raja Qing mengirim
dia untuk membantu memadamkan Pemberontakan Taiping. Lin sebenarnya menentang
perdagangan terbuka / bebas di Cina, tetapi merasa membutuhkan pengetahuan yang
lebih baik dari dunia luar / orang asing, hal itu dikarenakan karena
keinginannya untuk mengumpulkan banyak bahan mengenai geografi dunia. Dia
kemudian memberikan materi geografinya ke Wei Yuan, seorang sarjana China juga yg waktu
itu menjabat sebagai Dewan Hanlin, kemudian pada tahun 1844, menerbitkan sebuah
risalah Ilustrasi Kerajaan Maritim (海 国 图 志,
HaiguoTuzhi).
Tanggal 3 Juni, tanggal ketika Lin menyita ribuan peti opium, diperingati sebagai Hakekalahan perang ri Anti-Rokok di Republik China (Taiwan). Di Manhattan Chatham Square, NewYork , di Chinatown, juga dibangun patung Lin, memperingati perjuangan awal terhadap penggunaan narkoba. Meskipun perang melawan obat dengan beberapa keberhasilan awal, penangkapan 1.700 penjual opium dan menghancuran 1.200 ton opium, tetapi pada akhirnya setelah mengalami kekalahan perang, maka dia dijadikan kambing hitam dan diasingkan, seolah-olah adalah tindakan yang mengarah suatu bentuk pembalasan British, dan akhirnya gagal membendung impor opium ke China. Meskipun demikian, Lin Zexu populer dipandang sebagai pahlawan yang berkepribadian hebat dan jiwa nasionalisme yg kuat, patungnya banyak didirikan / diabadikan di berbagai lokasi di seluruh dunia.
Tanggal 3 Juni, tanggal ketika Lin menyita ribuan peti opium, diperingati sebagai Hakekalahan perang ri Anti-Rokok di Republik China (Taiwan). Di Manhattan Chatham Square, NewYork , di Chinatown, juga dibangun patung Lin, memperingati perjuangan awal terhadap penggunaan narkoba. Meskipun perang melawan obat dengan beberapa keberhasilan awal, penangkapan 1.700 penjual opium dan menghancuran 1.200 ton opium, tetapi pada akhirnya setelah mengalami kekalahan perang, maka dia dijadikan kambing hitam dan diasingkan, seolah-olah adalah tindakan yang mengarah suatu bentuk pembalasan British, dan akhirnya gagal membendung impor opium ke China. Meskipun demikian, Lin Zexu populer dipandang sebagai pahlawan yang berkepribadian hebat dan jiwa nasionalisme yg kuat, patungnya banyak didirikan / diabadikan di berbagai lokasi di seluruh dunia.
Meskipun pada
waktu itu terdapat pertentangan antara China dan British, ahli kebudayaan China,
Herbert Giles, yang aktif pada akhir abad ke-19 dan merupakan co-pencipta
Wade-Giles transliterasi (pemberian nama nama penghargaan pada tokoh tokoh yang
telah tiada), tetap memuji dan mengagumi Lin. "Dia adalah seorang sarjana yang
baik, seorang pejabat yang adil dan penuh belas kasihan dan seorang patriot
sejati. " Sebuah patung lilin dari Lin juga muncul di museum lilin Madame
Tussauds di London.
Baru-baru ini, Lin Zexu telah muncul sebagai karakter dalam “River of Smoke”, novel kedua dalam trilogi Ibis yang ditulis oleh Amitav Ghosh , penulis novel bahasa Inggris terkenal, berkebangsaan India, yang mengambil Perang Opium sebagai setting-nya untuk memberi cahaya baru pada sejarah yang jauh-ditekan sekaligus menawarkan kritik kontemporer globalisasi .Novel ini berlangsung di 1838-1839, selama waktu Komisaris Lin tiba di Kanton dan ketegangan meningkat antara orang asing barat dan pejabat China..
Periode ini juga telah diperiksa dan dipublikasikan oleh Timothy Mo melalui novel An Possession Insular, yang membahas kelahiran Hong Kong dalam konteks Perang Opium. Timothy Mo sendiri adalah seorang penulis keturunan Barat –China, dimana ibunya adalah seorang barat dan ayahnya seorang China, dimana dia lahir dan hidup di Hongkong , kemudian pada umur 10 tahun dia pindah ke British untuk melanjutkan sekolah.
Baru-baru ini, Lin Zexu telah muncul sebagai karakter dalam “River of Smoke”, novel kedua dalam trilogi Ibis yang ditulis oleh Amitav Ghosh , penulis novel bahasa Inggris terkenal, berkebangsaan India, yang mengambil Perang Opium sebagai setting-nya untuk memberi cahaya baru pada sejarah yang jauh-ditekan sekaligus menawarkan kritik kontemporer globalisasi .Novel ini berlangsung di 1838-1839, selama waktu Komisaris Lin tiba di Kanton dan ketegangan meningkat antara orang asing barat dan pejabat China..
Periode ini juga telah diperiksa dan dipublikasikan oleh Timothy Mo melalui novel An Possession Insular, yang membahas kelahiran Hong Kong dalam konteks Perang Opium. Timothy Mo sendiri adalah seorang penulis keturunan Barat –China, dimana ibunya adalah seorang barat dan ayahnya seorang China, dimana dia lahir dan hidup di Hongkong , kemudian pada umur 10 tahun dia pindah ke British untuk melanjutkan sekolah.
Pengaruh
Meskipun tidak terlihat hingga memasuki
abad ke-20, Lin sekarang
dipandang sebagai pahlawan nasional dalam budaya China, tiga film telah dibuat
pada perannya dalam Perang Opium sehingga sekarang
dia adalah salah satu simbol
perlawanan China modern
terhadap imperialisme Eropa.
Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Lin_Zexu
Terjemahan ke bahasa Indonesia by Long Xin , 2013
Gambar: dari berbagai situs
Letter to Queen Victoria: http://academic.brooklyn.cuny.edu/core9/phalsall/texts/com-lin.html